Hari Suci Saraswati Cetak

Hari ini adalah hari Saniscara Umanis, Wuku Watugunung yang bertepatan dengan Hari Suci Saraswati yang merupakan manifestasi-NYA sebagai Dewanya ilmu pengetahuan yang juga disebut hari pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati.

Kekuatan Hyang Widhi dalam manifestasi-NYA ini, digambarkan bahwa Dewi Saraswati itu adalah wanita yang cantik dan ayu, bertangan empat yang masing-masing membawa wina ( gitar ), keropak, genitri, teratai serta duduk diatas angsa.

  1. Wanita cantik / ayu adalah symbol keindahan, dan ilmu pengetahuan itu memang indah dan luhur.
  2. Wina / gitar melambangkan kehalusan rasa ( estetika )
  3. Keropak, tempat disimpannya lontar-lontar ( symbol ilmu pengetahuan )
  4. Genitri adalah symbol lingkaran yang tak ada akhirnya, yang melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu tidak akan habis-habisnya kita pelajari. Pepatah Bali mengatakan, “ Yadin ririh enu liu pelajahin ”. Walaupun sudah pandai tetapi masih banyak lagi yang harus dipelajari.
  5. Teratai adalah symbol kesucian Hyang Widhi Wasa. Ilmu pengetahuan itu hendaklah diamalkan dan selalu didasarkan pada kesucian hati dan kesucian tujuan.
  6. Angsa adalah symbol kebijaksanaan, untuk membedakan antara yang baik dan buruk.

Di Indiapun hari suci Saraswati ini dirayakan sebagai hari penciptaan, hari untuk mengucapkan terima kasih kepada Dewi sumber ilmu pengetahuan, Dewi kebijaksanaan serta memohon restu dan bimbingan agar segala amalnya berhasil. Di India hari raya Saraswati dirayakan setiap tahun sekali, tetapi umat Hindu di Indonesia merayakan dua kali dalam setahun yaitu tiap-tiap hari sabtu umanis, watugunung yang merupakan hari terakhir dari suatu lingkaran wuku.

Pada hari raya Saraswati, kita memuja Dewi Saraswati, dewi kebijaksanaan, serta memohon restu dan anugrahnya untuk bekal dalam hidup ini. Tetapi sangat ditekankan bahwa sebelum kita mendapat restunya, kita terlebih dahulu menyucikan diri lahir dan bathin. Artinya kita hendaknya membersihkan wadah ilmu itu sesuci mungkin terlebih dahulu sebelum mengisinya. Karena sudah wajar bahwa betapapun bersihnya air, jika tempatnya masih kotor, maka kotor jugalah air itu, demikian juga betapapun tinggi dan mulianya ilmu pengetahuan itu tetapi jika manusia yang mengamalkannya tidak jujur, ilmu itu akan merupakan bencana baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat umum.

Jika kita renungkan arti hari raya Saraswati itu, kita jadi kagum akan kemurnian dan kejernihan pikiran nenek moyang kita, akan kebijaksanaan leluhur-leluhur kita yang telah menunjukkan kepada kita, jalan mana yang harus kita tempuh untuk bisa sampai ketempat tujuan, ketempat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kita dinasehatkan bahwa kewajiban kita yang pertama adalah belajar. Belajar dan belajar untuk mencari ilmu pengetahuan dan mencapai kebijaksanaan. Seperti juga dalam merayakan hari raya Saraswati yang dibuka dengan pemujaan kepada Dewi Saraswati, maka sejarah hidup kita harus buka dengan lembaran belajar.

Untuk lebih meyakinkan bahwa dalam ajaran agama Hindu, kita diarahkan untuk menuntut ilmu yang setinggi-tingginya, dapat kita temukan pada sebuah sloka dalam pustaka suci yang artinya : jika seseorang dengan wajah tampan atau cantik, usianyapun sedang remaja, tetapi tidak memiliki ilmu pengetahuan dan kebijakan, tidak ada ilmu pengetahuan yang dikuasainya, maka orang demikian tidak pantas berada dalam pertemuan dan persidangan. Tiada ia berbeda dengan sekuntum bunga sepatu yang nampak begitu indah dari kejauhan, tetapi setelah didekati tanpa keharuman sama sekali. Uraian tersebut dimaksudkan, jika seandainya kita tanpa ilmu pengetahuan, alangkah hampanya hidup ini, karena tidak berguna bagi diri sendiri danmasyarakat.

Pengetahuan yang materialistic saja tidak akan menolong kita, juga tidak dapat menolong orang lain. Tetapi bila ilmu pengetahuan yang ditambahkan dengan pengetahuan yang berdasarkan kesucian hati dan keteguhan iman berdasarkan kebaktian dan cinta kasih serta pengabdian kepada umat manusia, maka kelengkapan ini akan mampu menolong diri kita sendiri dan juga dapat menolong orang lain. Kita menyadari bahwa memiliki pengetahuan saja belumlah memadai didalam kita mengembangkan diri sebagai manusia seurtuhnya. Maka dari itu disamping menuntut ilmu pengetahuan, disamping menekuni pelajaran, perlu pulalah kita memperhatikan pergaulan disekitar kita. Kita perlu menjalin persahabatan dan persaudaraan . Sarasamuscaya  menjelaskan maka terjunlah ke dalam pergaulan, karena sesungguhnya sangat cepat menularnya kepandaian itu kepada orang yang sungguh-sungguh bergaul dengan orang pandai. Sebagaimana halnya dalam proses membuat minyak wangi, maka bau harumnya bunga akanmeresap pada kain, air, minyak dan tanah, karena persentuhannya dengan kembang tersebut. Tujuan dari pendidikan di semua jenjang bukanlah hanya mengumpulkan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, dan setinggi-tingginya, tetapi yang utama adalah bahwa pendidikan itu dapat membuat kita kenal akan diri kita sendiri. Semua pelajaran hanyalah merupakan sarana dan bukan tujuan. Tujuan utamanya adalah agar kita mengetahui, mengenal dan menguasai diri kita sendiri, luar dan dalam segala yang kita miliki dapat dipergunakan untuk kepentingan bersama yang luas dan mulia. Memiliki ilmu pengetahuan berarti menumbuhkan kemampuan, membuka lapisan-lapisan harta karun yang terpendam di dalam diri manusia, untuk kemudian dapat diamalkan. Bila ilmu yang tinggi itu diperlakukan tidak pada tempatnya, tanpa pertimbangan atas akibat yang akan terjadi, dapat menimbulkan suatu kehancuran atau malapetaka. Tiadanya kewaspadaan  dan iman yang teguh, manusia bisa menjadi takabur , memenuhi nafsu keduniawiannya yang rendah.

Dalam Pustaka Slokantara juga disebutkan bahwa minuman keras, kekayaan, dan kepandaian adalah tiga penyebab yang membuat manusia menjadi mabuk, lupa akan diri dan sekitarnya. Orang yang tidak dapat dimabukkan oleh ketiga hal ini, ia adalah manusia sejati, tanpa memperhatikan ajaran moral dan peri kemanusiaan, ilmu pengetahuan yang paling canggih sekalipun, bukan saja tidak berguna tetapi akan dapat menjadi sesuatu yang amat membahayakan terhadap kehidupan manusia, masyarakat dan negara, dan mungkin membahayakan makhluk lain ciptaan Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sarasamuscaya memperingatkan kita semua bahwa ilmu pengetahuan yang dimiliki seorang durjana sangatlah berbahaya adanya. Dapat menjadi racun yang mengerikan. Ada ucapan seorang suci Karmayoga yang mengatakan “ Pengetahuan suci bisa didapat dengan berdasarkan rasa cinta. Dengan perasaan cinta, bhakti, dengan memuja HyangWidhi, serta dengan pengabdian yang tulus pada sesamanya, pengetahuan itu akan dapat diperoleh. Tuhan bersemayam disetiap makhluk. Hanya dengan dasar kesujudan yang murni, dengan pengabdian yang tulus, pengetahuan akan meresapi diri kita, dan dengan demikian segala kebodohan akan sirna.

Pada kesempatan ini, saya sarankan marilah kita sadari apa yang sudah kita miliki, kita telaah bersama-bersama, apa yang sudah diwariskan oleh leluhur kita yang lebih dahulu mengalami perjuangan hidup. Jadikanlah semua itu tugas moral yang diserahkan kepada kita, untuk melanjutkan apa yang kita terima yang ternyata semuanya bermanfaat sekali bagi kehidupan kita. Marilah kita sesuaikan apa yang sudah kita miliki dengan perkembangan dan jalannya jaman. Marilah kita rayakan hari Saraswati dengan penuh keinsafan dan kesujudan yang suci akan makna dan kemuliaan hari Saraswati, dan selanjutnya kita peringati hari Saraswati ini dengan belajar setiap hari, dengan mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan guna mencapai kebijaksanaan, yang dapat kita amalkan pada masyarakat.

Demikian yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya, dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Saya akhiri dengan Parama Santhy.
    
Om Shanty Shanty Shanty Om
Penulis: Wisnu Murti