Situs resmi Puri Agung Dharma Giri Utama

Kisah Gusti Kanjeng Ratu Kidul Cetak Email
Ida Pandita Mpu Paramadaksa Purohita
 
Gua Hiranya Garbha dan Jero Sukar, mangku pengayah di Gua. Lihatlah muka Jero Sukar, ada sisik-sisik naga.Pada saat perjalanan ke Tirtomoyo, Wonogiri menelusuri perjalanan Leluhur, hadirlah putra Bhatara Indra Wilatikta, secara gaib. Beliau hanya menyebut Putra Bhatara Indra Wilatikta dan kemudian menceritakan kisah Penguasa Pantai Selatan dan Pantai Utara. Inilah kisah Beliau:
 
Seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai Selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.
 
Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-II, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan Utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Panembahan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuk-Nya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta. Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan.
 
Putra Bhatara Indra Wilatikta menceritakan pertemuan dengan Kanjeng Ratu Kidul (Ratu Pantai Selatan) yang diawali dengan pertempuran yang sangat sengit yang akhirnya dimenangkannya. Dan sejak saat itu Beliau menganggap Ratu Kidul sebagai adik angkat, waktu itu Beliau masih berumur 17 tahun!. Bahkan di usia tersebut, Beliau juga mengenal Ratu Mayang Segara (Ratu Pantai Utara). Kemudian Putra Bhatara Indra Wilatikta menganggap keduanya sebagai adik angkat. Sampai saat ini Beliau masih berhubungan baik dengan keduanya baik Ratu Kidul maupun Ratu Mayang Segara. Beliau masih menjalin hubungan dengan mereka karena mereka mempunyai sifat yang "sangat mulia", dan karena kemuliaannya maka Tuhan menugaskan keduanya untuk menjaga wilayah laut, sebagai penguasa Laut selatan dan Laut Utara.
 
Putra Bhatara Indra Wilatikta berkata: “Namun ‘mitos’ yang berkembang di masyarakat kita selalu saja memojokkan keberadaan adik Ratu Kidul dan adik Ratu Mayang Segara, menganggap keduanya sebagai sosok yang Jahat, bahkan banyak cerita yang berkembang di masyarakat bahwa seringnya Ratu Kidul minta tumbal manusia?!, Itu adalah bohong belaka yang sangat keji. Kedua Penguasa Lautan tersebut sebenarnya sangat Mulia sifatnya dan sangat welas asih, bahkan selalu mengajarkan kebaikan-kebaikan utama dalam manusia menjalani hidup di dunia dan selalu mengingatkan kita untuk selalu menyembah kepada Tuhan dengan sepenuh hati”.
 
“Setiap Penguasa atau pimpinan baik itu dari tingkat RT bahkan sampai presiden, tentu mempunyai bawahan yang berperilaku tidak baik, begitu juga bawahan-bawahan yang berperilaku jahat, sehingga mencoreng nama baik adik Ratu Kidul dan adik Ratu Mayang Segara, demikian kata Beliau.  Kemudian Beliau menegaskan: “Sekali lagi saya tegaskan bahwa adik Ratu Kidul dan adik Ratu Mayang Segara tidak pernah membunuh (meminta tumbal manusia). Jika memang ada yang berkata seperti itu, mereka adalah orang-orang yang membenci keberadaan adik Ratu Kidul dan adik Ratu Mayang Segara. Karena orang-orang yang beranggapan demikian itu, mereka belumlah mengerti sejatinya adik Ratu Kidul dan adik Ratu Mayang Segara, apa yang mereka lakukan hanya ikut-ikut kata orang lain dan hanya percaya ‘MITOS’ tanpa mau tahu kebenaran yang sejati tentang adik Ratu Kidul dan adik Ratu Mayang Segara. Bahkan banyak orang yang berusaha untuk mengganggu bahkan mengusir adik Ratu Kidul dan Ratu Mayang Segara, sebagai Penguasa Laut Selatan dan Laut Utara, namun sampai saat ini tidak ada seorang pun yang bisa melakukan, semua itu karena kuasa Tuhan”.
 
“Marilah kita sebagai manusia saling menghargai dan menghormati baik kepada sesama manusia, makhluk lain, dan makhluk gaib, agar tercipta ‘keharmonisan dan kedamaian’ di muka bumi ini, karena manusia, makhluk lain, dan makhluk-makhluk gaib sama-sama ciptaan Tuhan yang tiada mempunyai kuasa apa pun tanpa kemurahan Tuhan”.
 
Gusti Retno Mayang Segara nama aslinya Gusti Kanjeng Ayu Nila Dewi Mayang Segara. Adalah Putri sulung Prabu Haryajayakusuma dari kerajaan Galuh, cucu dari Sanghyang Suranadi. Buyut Ratu Siluman di Sigaluh. Dewa Baruna menobatkan sebagai penguasa Ratu Utara. Gusti Retno Mayang Segara mempunyai Patih yang bernama Setopati yang berasal dari bangsa Jin. Para punggawa dipimpin oleh Kiai Paksa Jagat yang berasal dari bangsa Sanghiyang. Panglima perang adalah Nyai Sempono berasal dari Selat Malaka, bawahannya Kyai Aji dari siluman Selaman dan Ki Jaga Rana.
 
Kemudian Dewa Baruna menobatkan Gusti Kanjeng Ratu Kidul (Gusti Retno Cahya Suwida)  sebagai Ratu Pantai Selatan penasihat kerajaan adalah Panembahan Ismoyo (Sang Hyang Semar). Patihnya bernama Rubhikan berasal dari Laut India Selatan. Panglima perang adalah Retno Yuwita (Nyi Blorong) yang sering mengaku sebagai Ibu Ratu, Beliau bersuami 3 (Tunggul Wulung, Kala Gandamayit dan Panembahan Senopati). Pengawalnya adalah dua ekor naga yaitu: Naga Mayang Sari dan Naga Sari.
 
Penguasa Laut Selatan disebut penguasa paling mempunyai pengaruh lebih luas dan pasukan tempur paling terbanyak dengan sebutan Penguasa Samudra Nirsarimayu.
 
Demikianlah Putra Bhatara Indra Wilatikta menceritakan kisah ini agar manusia paham dan tidak bingung. Gusti Kanjeng Ratu Kidul adalah Titisan dari Ibu Dewi Durga.
 
Gusti Kanjeng Ratu Kidul dan Gusti Retno Mayang Segara adalah Sukla Brahmacari, tidak menikah selama keberadaannya sampai Putra Bhatara Indra Wilatikta menceritakan kisah ini.
 
Kemudian kami telah memasuki sungai Tirto Moyo, di Kahyangan, Wonogiri Jawa Tengah. Putra Bhatara Indra Wilatikta,mengenalkan penghuni gaib yang bergelar Nyi Widya yaitu seekor Naga bala ancangan Gusti Ratu Kidul dan Nyi Puju adalah abdi dari Panembahan Senopati. Akhirnya Beliau menghilang di kegaiban. Dari kisah inilah kemudian Lukisan Gusti Kanjeng Ratu Kidul Melinggih di Gua Hiranya Garbha Purohita Pura. Putra Bhatara Indra Wilatikta menganugerahkan pula Ancangan Naga untuk Purohita Pura.
 
Dulu sekali waktunya, Putra Bhatara Indra Wilatikta berkunjung ke Bali. Beliau kemudian mengajakku ke pantai Biaung. Beliau ingin mengajakku jalan-jalan ke dalam laut, kemudian disuruh mengikuti Beliau masuk laut, ada terbersit perasaan takut, jangan-jangan mau dijadikan tumbal dan menghilang di dalam laut yang gelap. Kemudian membuka baju dan pakai kain kamben saja. Karena merasa takut, kemudian Beliau menarik tanganku masuk ke dalam laut. Lutut ini sudah terasa basah, kami terus masuk ke dalam dan lupa bahwa bernafas atau tidak dan tiba-tiba lautan itu berubah menjadi daratan  penuh makhluk berbagai wujud. Seperti ada kegiatan layaknya di daratan, ada pasar juga.

Kami terus berjalan melewati kerumunan makhluk yang sibuk dengan kegiatannya. Tiba-tiba mata ini beradu pandang dengan sesosok makhluk dan bertanya: “Dari Bumi ya?”, sadar dan merasa aneh dengan pertanyaan itu, “ya...”, jawabku sembari bertanya dalam batin: ‘pada dimensi mana ini?’. Kami terus berjalan hingga cukup jauh, sampai di suatu tempat sepi namun membuat nyaman, di sana berdiri seorang Dewi, dari sinarnya adalah Bodhisattwa. Putra Bhatara Indra Wilatikta kemudian berkata: “Adik Ratu, ini muridku...”. Aku merasa bangga diakui sebagai murid, Lalu tersenyum dan mengangguk saja dan masih terperangah dengan keadaan. Kemudian mereka bercakap-cakap dengan sangat halus hampir tidak terdengar, dengan bahasa Dewa Nagari yang tidak kumengerti. Sampai beberapa lama, kami pamit.

Begitu kami pamit, seketika itu juga kami sudah di pantai Biaung. Aku meraba kain kamben dan ajaib tidak basah sama sekali. Kemudian Beliau berkata bahwa barusan itulah Ibu Ratu Kidul. Pyang... tidak terpikir sama sekali karena pertama kali diajak perjalanan gaib oleh Beliau, sampai lupa untuk sungkem. Beliau kemudian mengatakan bahwa pelaku spiritual hendaknya mohon restu kepada Gusti Kanjeng Ratu Kidul agar tidak mendapat gangguan dari bala ancangan Ibu Ratu.

* * *
Setiap manusia mempunyai pengalaman yang menarik seputar kegaiban, dan ini adalah pengalaman nak lingsir yang boleh diceritakan kepada khalayak luas. Semoga bermanfaat dan tidak menjadikannya bahan perdebatan, atau yakinilah apa yang sudah diperoleh. Nak lingsir kemudian mendapat anugerah dari Putra Bhatara Indra Wilatikta kemampuan untuk membedakan siluman dan sebangsanya dengan para Bhatara dan Dewa.

Gambar: Gua Hiranya Garbha dan Jero Sukar, mangku pengayah di Gua. Lihatlah muka Jero Sukar, ada sisik-sisik naga.

 
Posisi anda  : Home Purohita Pura Kisah Gusti Kanjeng Ratu Kidul