Situs resmi Puri Agung Dharma Giri Utama

Kacunduk – Bonus Spiritual Cetak Email

Sebagai seorang pemeluk Hindu Dharma atau Ciwa Budha yang kemudian mendapat titah untuk menjadi abdi Ida Bhatara Kawitan dan kacunduk atau ‘kesenengan’, di saat tengah menikmati sebagai manusia modern, awalnya adalah hal yang sangat susah diterima karena ruang gerak sudah pasti akan sangat terbatas. Tidak semua tempat membuat nyaman dan boleh untuk dikunjungi.

Saat menulis ini, saya tengah menjalani tirta yatra dan melukat di banyak pura. Tengah menanti saat yang tepat untuk melakukan upacara Pawintenan sebagai abdi Beliau Ida Bhatara.

Mangkir... Celaka!

Maunya, saya ingin menghindari ini sebagai sesuatu yang harus dilakukan dan dijalani karena saya masih sibuk menjalankan usaha serta kesibukan lain yang mungkin akan mengganggu kegiatan sebagai seorang pelaku spiritual. Tetapi banyak sekali saya ditunjukkan kejadian-kejadian aneh dan sangat buruk atas fakta penolakan sebagai orang yang terpilih.

Ada seseorang yang rumahnya terbakar karena kompor meledak, istrinya masuk rumah sakit dan sampai saat saya tulis ini, keadaan keluarga tersebut masih kacau, ini karena sang bapak menolak untuk ‘ngiring’. Ada teman lain yang mempunyai penyakit aneh seperti gatal di sekujur tubuh yang tak tersembuhkan obat dokter serta kebotakkan yang dialami oleh anggota keluarga wanita, di mana sebenarnya karena sang Ibu menolak untuk menerima titah ‘ngiring’. Ada juga kematian-kematian yang tidak wajar. Tentu saja ini diketahui setelah mereka-mereka yang kena musibah menanyakan kepada sesepuh yang tahu.

Gejala sebelum kacunduk

Beberapa bulan kebelakang hidup saya terganggu dengan penyakit mag. Semakin hari rasa sakitnya tambah parah. Karena asam lambung sudah sangat tinggi ada gas yang balik ke dada dari perut. Kata dokter langganan gas lambung saya sudah reflux ke dada. Kalau sakit mag sudah sampai ketahapan ini maka irama jantung seperti orang mengalami keadaan terkejut. Karena cemas mengira ini sakit jantung saya periksa ke dokter akhli jantung tetapi dokter bilang saya baik-baik saja. Tetapi saya merasa tetap tidak sehat dan detak jantung iramanya tidak baraturan yang tentu saja membuat saya takut dan panik.

Istri saya jauh hari berpikir bahwa saya ini kena sakit nonmedis. Istri saya adalah seorang dokter umum tentu saja paham dengan hasil pemeriksaan medis para dokter akhli. Sebagai orang Bali istri saya menyarankan menempuh jalan alternatif. Tetapi saya juga sangat yakin ini bukan sakit nonmedis karena setiap kali saya bercermin aura saya tampak bagus dan baik-baik saja. Tidak ada warna ciri dasar orang sakit nonmedis. Nonmedis saya artikan sebagai kena ‘black magic’. Hawa di sekitar saya juga tidak terasa ada hawa gaib yang jahat. Mata batin juga tidak menangkap sinyal mahluk gaib yang jahat. Kemampuan-kemampuan ini saya dapat karena saya rajin meditasi Gayatri.

Akhirnya dalam meditasi saya sering menyalurkan energi kesehatan. Beberapa saat memang terasa baikan tetapi tidak lama. Dalam meditasi yang lain saya memohon petunjuk kepada Beliau Sang Hyang Paramakawi dan Ida Bhatara Kawitan, kemana seharusnya saya berobat untuk menyembuhkan sakit saya ini. Yang aneh dari sakit ini adalah kalau saya melakukan meditasi, sakit ini tidak pernah muncul.

Bertemu dengan Pinisepuh

Akhirnya saya menerima saran istri untuk mengunjungi salah satu balian ngiring untuk mengobati saya. Tetapi waktu saya berkunjung ke tempat beliau adalah kejadiannya sangat aneh. Beliau juga sedang sakit dan tidak bisa ‘ngunggahang banten’. Istri saya menelepon seorang teman yang kebetulan juga mempunyai saudara penekun spiritual yang katanya sangat baik dan ngiring banyak sekali Ida Bhatara.

Akhirnya kami meneruskan perjalanan ke rumah teman, setelah sampai dan menunggu beberapa saat akhirnya ada seorang pemuda tanggung mengetuk pintu yang kemudian masuk sendiri tanpa menunggu tuan rumah membukakan pintu. Dalam bayangan saya Pinisepuh pasti seorang yang sudah tua sehingga saya tidak memperhatikan kedatangan pemuda ini. Tetapi teman bilang bahwa itulah adiknya, sang penekun spiritual. Kemudian pemuda belia tersebut bertanya: “Bli yang sakit ya? Tetapi saya tidak bisa memberi petunjuk di sini karena ini ada hubungannya dengan Leluhur Bli. Saya ingin mempertemukan Leluluhur Bli dengan Leluhur saya. Nanti malam saja di Jeroan ya, ini bukan sakit black magic kok.” Rasanya senang mendengar bahwa saya tidak kena sakit nonmedis seperti dugaan istri saya akan tetapi penuh dengan tanda tanya besar bahwa ini ada hubungannya dengan Leluhur.

Akhirnya, malam hari itu saya mengunjungi rumah saudara teman ini, yang kemudian saya sebut sebagai Pinisepuh, membawa banten yang diperlukan.  Setelah melakukan ritual akhirnya Pinisepuh memberitahu bahwa saya sudah ‘kesenengan’ dari dulu. Memang seingat saya waktu remaja pernah sakit alasannya sama yaitu akan ‘kacunduk’. Dan pada hari itu Pinisepuh memberitahukan bahwa saya harus ngiring Ida Bhatara Lingsir di Pura Kawitan, maka sakit ini bisa sembuh! “Bagaimana Bli, apa siap ngiringan Ida Bhatara?” Tanya Pinisepuh.

Sebenarnya antara senang dan ragu perasaan saya saat itu. Senang karena menganggap hal tersebut sebagai bonus dari keseriusan saya melakoni spiritual selama ini. Tetapi ada keraguan, apakah seorang pemangku bisa juga melakoni kehidupan sebagai seorang pengusaha secara bersama-sama. Tetapi Pinisepuh bilang tidak ada apa-apa. Dalam artikel ‘spiritual dan kekayaan’ saya sudah menceritakan ini panjang lebar. Tidak ada yang salah apalagi melarang karena roda ekonomi tetap harus berputar. Kalau seratus persen orang melakoni kehidupan spiritual dan tidak boleh melakukan usaha, lalu makan apa manusia-manusia ini? Kata Pinisepuh dengan mimik meyakinkan. Tetapi tentu saja harus tahu diri usaha apa yang boleh agar kesucian terjaga. Pinisepuh menunjukkan bahwa ada beberapa pemangku yang punya hotel, tetapi mereka tidak aktif lagi secara langsung mengurus bisnis tetapi mendelegasikan wewenang ke manajer-manajernya. Pinisepuh menunjukkan banyak contoh lainnya yang ternyata banyak sekali pengusaha yang tetap berhasil juga melakoni ‘ngayah’ atau berbakti sebagai pemangku.

Tirta Yatra

Dengan perasaan lega saya menerima ‘kacunduk’ ini dengan perasaan lega. Kemudian saya mengunjungi salah satu pelingsir saya di Seririt, Buleleng. Beliau adalah juga pelaku spiritual tetapi berjalan atas petunjuk sastra lontar. Setelah saya mengutarakan bahwa saya akan mewinten Beliau memberi panduan khusus sesuai dengan Tastra Lontar yaitu ada syarat yang harus dilakukan agar benar-benar mendapat restu dari Beliau Ida Bhatara. Sebelum syarat umum ada syarat lain yang  harus dilakukan yaitu melukat di beberapa tempat dan melakukan kunjungan dan bersembahyang ke pura tertentu, yaitu:

  1. Melukat di Segara memohon berkat ke Beliau Ida Bhatara Putering Jagat, Ida Bhatara Baruna dan Ida Bhatara Wisnu.
  2. Melukat di Pura yang ada Tirta Pingit. Saya melukat di beberapa tempat salah astunya adalah di Pura Petirtan, Ulun Dhanu, di Songan, Batur.
  3. Bersembahyang di pura Besakih. Mohonlah restu kepada Beliau para Leluhur. Lihat artikel ‘Pelinggih Leluhur di Pura Besakih’ sebagai panduan pemujaan. Beruntung saya bertemu dengan Pinisepuh yang menjelaskan Beliau para Leluhur yang harus di sembah di pura Besakih.
  4. Bersembahyang di pura Sakenan. Ini syarat yang terakhir di luar syarat umum pewintenan.

Syarat lain yang umum tentu adalah mapiuning di pura dalem, desa, puseh dan tentu pura kawitan. Serta syarat umum yang Ida para sulinggih sudah ketahui.

Saya menanyakan 4 syarat tersebut kepada Pinisepuh, dan walaupun Pinisepuh tidak mengetahui persis sebagai syarat sebelum pawintenan, tetapi sebagai seorang pelaku spiritual Pinisepuh menjelaskan bahwa sesungguhnya 4 syarat tersebut adalah jalur Tirtayatra yang sangat bagus bahkan untuk orang umum yang tidak melakukan pawintenan tetapi hanya ingin rohaninya bersih atau tengah mengejar pencerahan spiritual.

Ciri-ciri Kacunduk dan Situasi Alam Jiwa

Ciri-ciri sebelum kacunduk berbeda untuk setiap orang tetapi kalau tiba saatnya kita seperti tergerak untuk cari tahu dan mengunjungi penekun spiritual. Saran saya selain berobat ke Balian kalau sakitnya aneh juga lakukan ‘mepeluasang atau nunas raos’, karena terkadang Balian tidak bisa melacak Leluhur karena tergantung tingkatan Balian. Ada Balian ngiring ke Ida Bhatara, ini yang bagus, ada Balian yang ngiring ke bawah misalnya Gamang atau Samar ini mungkin susah melacak tergantung dari tingkatan bawah yang di-iring. Satu lagi adalah Balian Usadha yaitu yang mempelajari ramu-ramuan dari Ayurweda belum tentu ia penekun spiritual yang mendapat pencerahan dan mungkin tidak akan bisa mendeteksi sebab-sebab sakit.

Apakah ‘kacunduk’ bisa ditolak?

Saya bertanya kepada Pinisepuh tentang ini dan jawabannya adalah ‘TIDAK’. Kalau sudah kacunduk, siapapun orangnya atau latar belakang kehidupannya ia haruslah tetap melaksanakan titah tersebut atau berakibat celaka seperti telah dijelaskan. Kacunduk adalah Takdir yang harus dijalani.

Bagi saya, akhirnya, seperti sudah saya jelaskan bahwa selama ini saya menekuni meditasi dan sekarang adalah menjadi orang terpilih maka saya menganggap kacunduk ini sebagai bonus dari kedisiplinan saya menekuni spiritual selama waktu yang lalu. Sering saya menyatakan hal-hal yang berbau suka cita ini dengan istri bahwa kehidupan di dunia sekarang sudah menyenangkan, diberkahi dengan banyak kemudahan, mungkin dengan melakoni kewajiban sebagai seorang pemangku setelah mati juga akan menikmati alam jiwa yang menyenangkan! Setidaknya jiwa ini tidak terbelenggu di gua dan ngayah ngangkut-ngangkut bangkai anjing yang sudah membusuk atau mungkin akan lahir di alam bawah yaitu di bangsa wong samar dan yang terburuk dihukum di Pura Kerangkeng! Setidaknya penjelasan Pinsepuh tentang situasi di alam jiwa membuat saya lebih senang menjadi penekun spiritual dan pemangku.

 

Pengurus

Sample image Jro Mangku Panji
Pemangku
Sample image I Gusti Ngurah Suarnita
Ketua
Sample image Wayan Budiarta
Sekretaris 1
Sample image Putu Eka Kurniawati
Sekretaris 2
Sample image I Wayan Sudiawan
Bendahara 1
Sample image Jero Menuh
Ketua Dharma Ayu

Hubungi kami

PURI AGUNG DHARMA GIRI UTAMA

Jl. By Pass Ngurah Rai No 60, Kesiman, Kertalangu,
Denpasar Timur 80237, Bali - Indonesia


Email:info@dharmagiriutama.org
Web: www.dharmagiriutama.org
 
PURA PUROHITA
Lembah Dusun Benyahe,
Desa Unggahan, Seririt,
Buleleng, Bali.
Jro Mangku Wana
0821 44619899
Posisi anda  : Home Artikel Sejarah dan Umum Kacunduk – Bonus Spiritual