Situs resmi Puri Agung Dharma Giri Utama

Ida Bhatara melakukan test kepada Pinisepuh Cetak Email
Sebagai manusia terpilih haruslah siap dengan berbagai resiko kehidupan. Menjalani hidup yang penuh dengan pengabdian kepada masyarakat banyak. Mempertaruhkan nyawa demi menolong orang yang sakit mejik. Akan tetapi jauh hari sebelum semua pengetahuan suci perihal Ida Bhatara dipahami, banyak sekali kejadian dan godaan-godaan yang datang silih berganti dialami oleh Pinisepuh. Kata Pinisepuh itulah imunisasi kepada tubuh dan mental agar siap menghadapi segala apa yang akan dialami sebagai seorang pelaku spiritual.

Pada suatu ketika, Pinisepuh mendapat satu petunjuk untuk lunga ngiringan “Ida Bhatara Lingsir’, Petapakan Puri Klungkung tangkil ke Nusa di Pura Dalem Ped pada Piodalan Agung. Pinisepuh datang bersama rombongan Puri serta beberapa murid dari Paguyuban Dharma Giri Utama yang sudah mempunyai mental-mental pemberani menghadapi gaib.

Singkat cerita, rombongan sudah sampai di kawasan Pura. Karena membawa Petapakan, rombongan mendapat tempat duduk di depan. Pinisepuh mengambil tempat duduk dekat dengan para Dasaran dan Sadeg yang jumlahnya ratusan. Menurut taksiran pemedek yang hadir saat itu adalah lebih dari 1000 orang karena areal tempat penuh oleh umat dari berbagai pelosok Nusantara.

Kerauhan massal di Pura

Akhirnya upacara nganteb sudah selesai pada malam tersebut. Tiba-tiba seorang Jero Dasaran yang kemudian diketahui adalah bernama Jero Sekar yang nyungsung Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped kerauhan. Ia menunjuk-nunjuk Pinisepuh. Ngeraos, karena agak jauh Pinisepuh tidak begitu jelas mendengar. Tetapi menurut yang lain itu adalah raos yang memberi tahu bahwa Pinisepuh haruslah selalu ‘seleg’ atau rajin dengan setiap tugas dan petunjuk. Janganlah pernah nantang-nantang Leak karena Leak adalah panjak dari Ida juga. Kira-kira seperti itulah raos Ida memberi nasehat kepada Pinisepuh.

Semua mata memandang Pinisepuh. Beberapa orang tampak memandang Pinisepuh dengan sinis serta berbisik-bisik: “Sebel-sebel kok tangkil ke Pura”, hanya itu yang sempat terdengar oleh Pinisepuh. Dan orang lain yang mendengar tentu merespon sangat negatif. Menyalahkan Pinisepuh yang duduk saja dengan tenang. Kemudian seorang lagi Mangku kerauhan. Mangku ini adalah seorang Mangku Dalem dari Tabanan yang nyungsung Hyang Giri Putri.

Suasana semakin seru saja di Pura. Mangku Dalem yang kerauhan juga memandang ke arah Pinisepuh. Ia berkata: “Cening de ngambul, Ida mula keto, ....” kira-kira seperti itu yang Pinisepuh dengar karena suasana sangat ramai saat itu. Tetapi yang aneh bahwa sebenarnya percakapan ini hanya dimengerti oleh Pinisepuh dan Jero-jero yang kerauhan saja. Sedang bagi yang hadir di sana menangkap seolah-olah Pinisepuh ada salah sama Beliau Ida Bhatara di Nusa.

Pinisepuh memang tidak dikenal luas oleh para Jero Dasaran dan Jero Balian yang hadir. Yang mengetahui Pinisepuh hanya segelintir orang saja pada saat itu dan tentu tahu arah percakapan dari Jero-jero yang kerauhan.

Sebenarnya yang terjadi adalah nasehat-nasehat umum yang diberikan oleh Ida kepada Pinisepuh. Tetapi Ida yang lain semacam ‘ngapul apulin’ atau menenangkan agar Pinisepuh jangan terlalu berpikir lain atas ‘raos’ dari Ida yang lainnya. Ida yang satu menasehati dan Ida yang lainnya membela.

Mata orang-orang masih tertuju kepada Pinisepuh yang sejak Ida kerauhan terus memandang Pinisepuh dan memberi nasehat kepada Pinisepuh. Sebenarnya menurut Pinisepuh, kejadian ini adalah salah satu maksud dari Ida Bhatara bahwa Beliau ingin menunjukkan kepada seluruh yang hadir bahwa inilah Pinisepuh Agung Yudistira, salah satu dari Panjak Ida yang ngayah dengan tulus untuk Leluhur yang melinggih di Bumi Nusantara, demi kebangkitan Ciwa Budha di Nusantara. Ida Bhatara memang tidak mungkin memberi tahu secara vulgar atau terang-terangan siapa sejatinya Pinisepuh karena ada aturannya secara Niskala. Namun, sebenarnya bahwa setiap orang yang mengabdi tulus pastilah derajatnya akan diangkat oleh Ida Bhatara. Dan Pinisepuh merasakan bahwa derajatnya sedang diangkat dihadapan lebih dari seribu orang.

Jero-jero yang kerauhan masih juga memberi petunjuk raos kepada Pinisepuh. Tak berapa lama kemudian, salah satu Jero Sadeg dari Badung juga kerauhan. Jero sadeg ini kerauhan Ida Bhatari Ratu Niang Sakti. Ciri-ciri Ida Bhatari Ratu Niang Sakti kerauhan adalah diawali dengan nyanyian atau kidung yang sangat indah. Selalu ingin memberi bukti kepada umatnya bahwa Beliaulah yang hadir saat itu. Setelah itu kembali Jero yang kerauhan ini memandang Pinisepuh yang duduk dengan tenang. Tentu saja Pinisepuh duduk tenang karena Beliau Ida Bhatari Ratu Niang Sakti yang selalu membimbing dan memberi petunjuk kepada Pinisepuh setiap hari. Ibaratnya, Ida Bhatari Ratu Niang Sakti adalah gurunya Pinisepuh.

Suasana memang semakin heboh. Bisik-bisik menjadi aneh dan menimbulkan pertanyaan di kalangan yang hadir terutama Jero Dasaran dan Jero Sadeg. Sekarang mereka menjadi bingung dan mungkin bertanya dalam hati siapa sebenarnya Pinisepuh Agung Yudistira. Hal ini tentu beralasan karena ada kerauhan yang terjadi di Pura Dalem Ped, seharusnya raos adalah untuk membahas umat dan kejadian skala niskala di Nusa dan Bali, ini malah hanya membahas Pinisepuh, yang saat itu tampak sebagai remaja biasa saja. Namun, sekali lagi Pinisepuh yakin sekali bahwa Ida sedang mengangkat derajatnya di hadapan para Dasaran dan Sadeg yang jumlahnya ratusan tentu kepada umat yang hadir juga.

Di tengah-tengah situasi heboh tersebut, tiba-tiba seorang anak kecil, kira-kira umur lima tahun berdiri. Ia berjalan kedepan menuju Jero-jero yang sedang kerauhan. Tentu saja ini sangat menarik perhatian yang hadir dan suasana menjadi sangat riuh menuding-nuding anak kecil yang sedang berjalan dengan tenangnya ke depan. Sesampai di depan dekat Jero-jero yang kerauhan, Ia tersenyum sangat lugu tanpa merasa salah sama sekali. Tak seorangpun berani berdiri untuk mengambil anak kecil tersebut. Suasana sudah seperti diskenario. Tiba-tiba tangannya yang mungil melambai ke atas seolah sedang menari dan menarik selendang ke udara. Sreeeettt........ Begitu tangannya yang kecil mungil sampai di udara, wow.... kehebohan sangat luar biasa terjadi. Kira-kira dari 1000 orang yang hadir, 800 orang semua kerauhan!

Suasana sangat mencekam. Suara anjing yang meraung ‘ngulun’ terdengar di mana-mana. Orang-orang yang kerauhan ada yang menari-nari. Ada yang bicara-bicara saja. Ada yang duduk menginjak-injak tanah. Atau bermacam-macam tipe kerauhan telah terjadi dan susah untuk diceritakan dan benar-benar sangat menakutkan karena kerauhan ini benar-benar masal. Sedang yang tidak kerauhan berlarian, mungkin semacam menyelamatkan diri. Sungguh kejadian yang heboh dan pertama kali dalam sejarah ada kerauahan masal di Pura Dalem Ped ini.

Jero mangku di jaba pura kerauhan

Pinisepuh cuek dengan situasi kerauhan tersebut dan malah pergi ke ‘jaba’ Pura. Mencari sebuah warung dan duduk di sana. Memesan Mi instan karena suasana cukup dingin dan perut juga lapar. Di sana juga sudah duduk beberapa orang dan seorang pemangku. Mereka tampak tidak tahu apa yang terjadi di ‘Jeroan’ Pura. Mereka ini menunggu giliran untuk mebakti pada gelombang berikutnya.

Mi yang dipesan Pinisepuh sudah siap untuk dinikmati. Tetapi Jero Mangku yang sedang makan di warung tersebut tiba-tiba kerauhan. Orang-orang panik dengan situasi tersebut. Tetapi Pinisepuh cuek dan santai saja menikmati mi yang dipesannya. Kemudian Jero Mangku yang kerauhan tersebut memanggil Pinisepuh yang serta merta memandang Jero Mangku tersebut sembari asik menikmati mi. Kemudian Pinisepuh mendengar raos dari Jero Mangku yang kerauhan tersebut agar Petapakan Ida Bhatara Lingsir juga harus lunga ke Pura Dalem Penida. Dan setelah dijawab, “ya”, Jero Mangku tersebut sadar dari kerauhannya dan tentu saja kaget mendapatkan dirinya berdiri dan jauh dari tempat duduknya barusan menikmati makan  serta Ia bertanya kepada rekan-rekannya apa yang terjadi...

Beberapa lama kemudian, suasana di Jeroan sudah reda. Semua sudah muspa dan sudah selesai. Anak-anak Paguyuban mencari Pinisepuh di luar. Sedang rombongan dari Puri tetap di dalam ngemitin Ida Bhatara Lingsir. Sambil menunggu hari esok melanjutkan petunjuk tangkil ke Pura Dalem Penida, Pinisepuh mengajak murid-muridnya ke pelinggih kepuh kembar dan yang melinggih di sana adalah Ida Bhatara Dalem Bungkut.

Kain terbang di kepuh kembar

Suasana di sana sangatlah gelap dan mencekam. Anak-anak walaupun sudah pemberani masih tidak berani jauh-jauh dari Pinisepuh. Apalagi saat ini adalah Piodalan Agung. Tentu semua dasaran, sadeg dan balian yang mempelajari aliran hitam juga banyak hadir di Pulau ini. Memohon berkat kepada Ida Ratu Ayu Mas Maketel sebagai semacam tangan kanan dari Ida Bhatari Durga Dewi. Tentu para pelaku pengiwa juga akan hadir di Pulau ini. Mungkin kalau diibaratkan sebagai cerita silat, semua perguruan dari berbagai aliran sedang menuju ke Pulau atau Nusa ini. Para murid yang baru belajar sampai kepada pendekar papan atas pastilah juga sudah hadir di Nusa ini. Tentulah situasi sangat gawat dari sisi gaibnya. Mungkin saja ada kejadian coba mencoba dan tes mengetes antar pendekar. Sangat mungkin seperti itu.

Setelah sampai di kepuh kembar, Pinisepuh dan murid-muridnya duduk di suatu tempat. Tiba-tiba dari depan muncul selembar kain putih yang cukup panjang terbang. Yang menakutkan kain tersebut terbang dan menyambar-nyambar rombongan kecil ini. Semua menjadi panik kecuali Pinisepuh.

Rupa-rupanya seperti dalam cerita silat bahwa ada pendekar yang sedang unjuk gigi dan menantang Pinisepuh. Pinisepuh berdiri dan memandang kain putih yang terbang menyambar-nyambar tersebut. Kemudian Pinusepuh berteriak dengan lantang:

“Ne amah, pilihin nenenan murid wake...” Pinisepuh menunjuk murid-muridnya dan tentu saja semua anak-anak menjadi takut. Sementara kain tersebut masih terus terbang dan menyambar-nyambar rombongan.

“Amen sajan wanen, amah ne murid wake....”, sambil menunjuk salah seorang murid. Tentu saja murid yang ditunjuk tersebut mohon kepada Pinsepuh dengan kata; jangan... jangan... Gung. Jangan Gung... dengan penuh ketakutan. Sementara itu kain tersebut masih saja terbang dan menyambar-nyambar walau tidak terlalu dekat tetapi benar-benar membuat bulu kuduk berdiri dan keringat dingin keluar. Sudah tentu jantung berdebar-debar dengan keras takut tidak karuan!

Dalam ilmu hitam, pencapaian yang sangat tinggi adalah apabila bisa berubah menjadi kain ini. Dan ternyata hari ini, Pinisepuh beserta murid-muridnya melihat dan mengalami sendiri fakta bahwa mereka sedang diganggu oleh ilmu hitam tingkat tinggi. Semua murid memandang Pinisepuh, apakah guru mereka mampu mengatasi masalah ini.

Kemudian Pinisepuh diam sejenak dan terus memandang kain putih tersebut yang sekarang berposisi terbang tapi berdiam dan tidak menyambar-nyambar lagi. Akhirnya Pinisepuh menuding kain putih tersebut dengan telunjuk tangan kanan. Kain putih tersebut kemudian bergetar dan terbang berbalik seperti melarikan diri. Kabur dari hadapan Pinisepuh Agung Yudistira. Semua anak-anak berdekat-dekatan di sekitar Pinisepuh. Tidak ada yang berani berkomentar tentang kejadian yang sangat menakutkan barusan. Pinisepuh juga tidak berkata apa-apa tentang kejadian tadi. Kemudian mereka diajak sembahyang di pelinggih Ida Bhatara Dalem Bungkut memohon keselamatan selama berada di Nusa.

Namun sebenarnya kejadian tersebut tidak pernah diceritakan lagi kepada anak-anak Paguyuban. Akhirnya belakangan saya tahu bahwa Pinisepuh sedang di tes oleh Ida. Sebenarnya Kain Terbang itu adalah ‘Kekereb Jagat’ Ida Bhatara Dalem Bungkut. Sebagai contoh, Kekereb adalah kain yang menjulur dari rong pelinggih yang tinggi misalnya dari rong Padamasana terurai ke bawah hingga menyentuh tanah. Orang yang bisa menjelma menjadi kekereb jagat adalah tentu orang yang sangat sakti. Pinisepuh sudah mengungguli keilmuan itu, dan Pinisepuh mengakui dengan segala kerendahan hatinya bahwa kemampuan itu merupakan pemberian, dipinjamkan kepadanya oleh Ida Bhatara. Pengalaman tadi itu merupakan suatu tes bagi Pinisepuh apakah Pinisepuh memang benar-benar sudah bisa menggunakan dan mengendalikan ilmu tersebut.
 

Pengurus

Sample image Jro Mangku Panji
Pemangku
Sample image I Gusti Ngurah Suarnita
Ketua
Sample image Wayan Budiarta
Sekretaris 1
Sample image Putu Eka Kurniawati
Sekretaris 2
Sample image I Wayan Sudiawan
Bendahara 1
Sample image Jero Menuh
Ketua Dharma Ayu

Hubungi kami

PURI AGUNG DHARMA GIRI UTAMA

Jl. By Pass Ngurah Rai No 60, Kesiman, Kertalangu,
Denpasar Timur 80237, Bali - Indonesia


Email:info@dharmagiriutama.org
Web: www.dharmagiriutama.org
 
PURA PUROHITA
Lembah Dusun Benyahe,
Desa Unggahan, Seririt,
Buleleng, Bali.
Jro Mangku Wana
0821 44619899
Posisi anda  : Home Pinisepuh Ida Bhatara melakukan test kepada Pinisepuh