Situs resmi Puri Agung Dharma Giri Utama

Tantra - Tiga Dasar Dharma
Rabu, 29 Januari 2014 10:57

Prana atau Chi

Adalah sinar putih terang keunguan pada ubun-ubun manusia yang disebut sinar Antahkarana. Warnanya indah gemerlapan tidak terlukiskan kata-kata. Ia masuk menembus wadag dan berujung pada tulang ekor , di bawah tulang ekor adalah letak dari chakra Muladhara atau chakra dasar.  Keadaan selanjutnya, api suci hidup pada inti dari chakra Muladhara. Api tersebut adalah api Brahma Chakra. Peristiwa ini terjadi pada saat pertama kali jantung manusia berdenyut di dalam kandungan sang ibu atau goa garbha.

Penciptaan manusia di awali dari penyatuan Lingga dan Yoni. Para wikan menamakannya 'Yoga Sutra' untuk memberi arti sakral dari persetubuhan. Bukan hanya terjadi dari proses Kama yang berkeinginan mutlak. Harus dibekali pengetahuan yang benar dari sastra yang disebut Moksha. Sebab kekuatan dari yoga sutra akan menciptakan keadaan penambahan materi baru di bumi yang disebut Artha. Hendaknya ada unsur dari kasih sayang yang disebut Dharma.

Selanjutnya, yoga sutra hendaknya didasari dari perkataan yang baik dari pikiran yang baik agar mendapatkan suatu keadaan perbuatan yang suci dan penuh kebaikan.  Untuk menciptakan suputra yang akan membawa amanah Sang Pencipta agar terjadi evolusi yang berkembang dan meningkat di alam semesta.

Guna Satwam, Rajas dan Tamas mengikat sang Roh di dalam tubuh manusia yang tercipta karena dimaterialkan oleh sifat sejati dari ilmu Tantra. Tubuh yang mengandung empat puluh kadar tubuh, yang paling mulia adalah logam mulia dan batu mulia. Dalam bentuk murni dari batu mulia adalah Mustika Dewa. Dalam sejarah manusia hanya Aswatama yang diceritakan mendapat Restu Mustika Dewa sebab pada jaman Beliau sedang terjadi suatu sejarah Awatara Krisnha yang turun ke bumi sehingga pandangan para sastrawan menulisnya sebagai bentuk sastra dalam Weda.

Baca selengkapnya...
 
Bajra Winarah Pitu - Kisah Pujawali Eka Dasa Rudra
Senin, 04 Pebruari 2013 17:00
Taksunya hampir dilupakan pinandita

Seorang pertapa bersila tekun di kaki gunung Toh Langkir. Dihadapannya tujuh bajra berjejer mulai dari ukuran kecil hingga besar. Sebagian wujud pegangannya berukirkan para Dewa. Sang pertapa masih menunggu kesunyian bahtin. Bayangan putra satu-satunya yang telah menjadi seonggok abu mengusiknya.

Sesekali tampak perutnya mengembang, menyerap prana disekitarnya. Udara sisa dihembuskan melalui mulut dengan halus. Beberapa lama kemudian kembang kempis perutnya semakin halus, bagai nafas bayi yang baru lahir. Prana disekitar tempatnya bersila mulai deras mengelilingi tubuh sang pertapa. Sesekali ada petir halus memancarkan sinarnya di udara, ekor petir seukuran rambut dibelah sepuluh terkadang menyentuh tujuh bajra tersebut. Kurang terang dalam pengertian, halilintar yang menyambar bajra ataukah bajra menyemburkan halilintar.

Sang pertapa yang tak lain adalah Mpu Sendok sedang berduka. Putranya hangus disembur api naga Basuki yang marah karena ekornya dipotong Manik Angkeran. Hari ini Mpu Sendok melakoni adi lampah, ngojah para Dewa sejagat dan Leluhur. Intisari lautan Weda, warisan sastra Leluhur diselami selama hidup akan dikerahkan. Teguh bhaktinya kepada para Dewa, Leluhur serta kesetiaannya kepada Siwa Budha akan diuji. Naga Basuki telah berjanji, kalau ekornya dapat menyambung kembali, Manik Angkeran yang telah menjadi abu akan berwujud kembali seperti sediakala.

Udara Toh Langkir lebih dingin dari biasanya dikarnakan uleng manah, jnana, kekuatan pikiran sidhi lan shakti sang pendeta anunggal. Kekuatan kiwa dan tengen menyatu. Tiga pusat kehidupannya; bhur, bhuwah dan swah bersinar terang, memusat di ulu hati, pada chakra anahata, jantung. Intisari ajaran Siwa Budha telah menyatu di bathin sang Pendeta. Dalam relungnya, Beliau memahami hanya kekuatan budhi, karuna budhi, kasing sayang yang bisa melampaui keinginan. Bahkan para Dewa tidak bisa menghalangi keinginan manusia yang telah mencapai budhi pekerti tinggi.

Udara sekarang campur bawur. Kadang panas kadang dingin, membawa sifat kiwa tengen yang silih ganti. Nafas yang terhenti menciptakan panas karena prana tubuh diolah sempurna. Penarikan prana ke dalam tubuh mencipta dingin. Beliau seorang Mpu yang mumpuni, bathinnya kuat di dalam ajaran Siwa Budha.
Baca selengkapnya...
 


Halaman 5 dari 5

Pengurus

Sample image Jro Mangku Panji
Pemangku
Sample image I Gusti Ngurah Suarnita
Ketua
Sample image Wayan Budiarta
Sekretaris 1
Sample image Putu Eka Kurniawati
Sekretaris 2
Sample image I Wayan Sudiawan
Bendahara 1
Sample image Jero Menuh
Ketua Dharma Ayu

Hubungi kami

PURI AGUNG DHARMA GIRI UTAMA

Jl. By Pass Ngurah Rai No 60, Kesiman, Kertalangu,
Denpasar Timur 80237, Bali - Indonesia


Email:info@dharmagiriutama.org
Web: www.dharmagiriutama.org
 
PURA PUROHITA
Lembah Dusun Benyahe,
Desa Unggahan, Seririt,
Buleleng, Bali.
Jro Mangku Wana
0821 44619899
Posisi anda  : Home